Selasa, 13 Juli 2010

Kesemutan dan bahayanya

Hampir semua orang pernah mengalami apa yang disebut kesemutan atau kebas. Kalau sudah kesemutan, biasanya akan terasa kebal, ngilu, walau akan berangsur-angsur hilang jika kita mulai menggerak-gerakkan bagian tubuh yang kesemutan tersebut.

Banyak orang yang menganggap enteng gejala kesemutan ini. Mungkin karena gejalanya yang kadang datang, lebih banyak tidak. Mudah datang, mudah pula hilang.

Tetapi kesemutan patut diwaspadai jika kesemutan itu terjadi di satu bagian tubuh. Kemudian menjalar ke bagian tubuh lain di sekitarnya, dan kemudian memperburuk fungsi-fungsi tubuh lainnya, bisa jadi itu adalah manifestasi tumor di bagian depan otak. Sebuah penyakit amat serius dengan gejala awal sepele.

Dalam bahasa medis, kesemutan sering disebut sebagai parestesia. Suatu sensasi yang dirasakan tanpa ada stimulus dari luar. Sensasi Parestesi ini tidak hanya rasa ‘kesemutan’, namun bisa juga rasa panas, rasa seperti tertusuk-tusuk, ‘greyengan’. Rasa Kesemutan dapat dirasakan di tangan, kaki di muka, maupun di seluruh bagian tubuh kita.

Pada dasarnya kesemutan merupakan suatu gejala manifestasi dari gangguan sistem saraf sensorik akibat rangsang listrik di sistem itu tidak tersalur secara penuh dengan sebab macam-macam. Yang paling sederhana, misalnya, jalan darah tertutup akibat satu bagian tubuh tertentu ditekuk terlalu lama.

Kesemutan yang tidak disertai gejala-gejala lain biasanya menandakan adanya gangguan pada reseptor di kulit atau pada cabang-cabang saraf tepi. Namun kita mesti lebih waspada jika ada gejala lain di luar kesemutan. Bukan hanya kelumpuhan, kesemutan bisa juga disertai gangguan penglihatan, pendengaran, gabungan keduanya, atau lainnya.

Beberapa gangguan kesehatan serius yang ditandai gejala kesemutan, antara lain:

Radang sumsum tulang belakang (myelitis)
Terjadi pada orang dewasa, kadang-kadang gejala kesemutan didahului oleh flu berat. Kesemutan yang dirasakan akan menghebat, naik dari ujung jari kaki sampai ke pusar (perut tengah). Gejalanya berkembang menjadi rasa tebal di permukaan kulit. Setelah fase ini, penderita akan mengalami kesulitan berjalan. Ini adalah gejala radang sumsum tulang belakang, yang terjadi karena serangan virus bernama cytomegalovirus (CMV).

Penderita menjadi tidak bisa mengontrol buang air kecil. Buang air besar pun sulit. Penyakit ini dapat disembuhkan total, dapat pula cuma sembuh sebagian, tetapi ada juga yang sampai lumpuh.

Diabetes mellitus atau kencing manis
Pada penderita diabetes, kesemutan adalah gejala kerusakan pembuluh-pembuluh darah. Akibatnya, darah yang mengalir di ujung-ujung syaraf berkurang. Gejala yang dirasakan biasanya telapak kaki terasa tebal, kadang-kadang panas, dan kesemutan di ujung jari terus-menerus. Kemudian disertai rasa nyeri yang menikam, seperti ditusuk-tusuk di ujung telapak kaki, terutama pada malam hari.

Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Kesemutan yang menyerang ujung jari, biasanya tangan kanan, dan kemudian berkembang menjadi rasa tebal, saat digunakan beraktivitas, adalah gejala CTS. Gejala kesemutan ini berkaitan dengan rongga di pergelangan tangan (karpal) yang mengalami pembesaran otot-otot sehingga menekan saraf yang melewati terowongan tersebut. CTS bisa menjadi gangguan lebih serius bila didiamkan cukup lama, misalnya 1 - 2 tahun.

Pada tahap ini tekanan otot sudah mengganggu aliran darah ke tangan, dengan akibat otot-otot yang mengalami kekurangan nutrisi akan mengecil, dan melemahkan otot.

Jantung
Pada penderita sakit jantung, kesemutan dapat juga timbul karena komplikasi jantung dan sarafnya. Yang terjadi misalnya, si penderita menjalani operasi pemasangan klep jantung. Saat pemasangan, ada bekuan darah menempel, yang kemudian terbawa aliran darah ke atas, dan menyumbat salah satu pembuluh darah di otak. Bila sumbatan di otak itu kebetulan mengenai daerah yang mengatur sistem sensorik, si penderita akan merasakan kesemutan sebelah. Bila daerah yang mengatur sistem motorik juga terkena, kesemutan akan menjadi kelumpuhan.

Rematik
Rematik juga menimbulkan kesemutan atau rasa tebal. Gejala kesemutan karena rematik akan hilang bila rematik sembuh.

Pengobatan :

Pengobatan yang diberikan sesuai penyakit yang mendasarinya.
Sebagai contoh : bila kesemutan terjadi pada penderita diabetes (Neuropati diabetik), maka pengobatan dilakukan dengan pengontrolan gula darah disertai obat-obatan yang bersifat neurotropik dan juga vitamin B.

Namun bila kesemutan disebabkan oleh penekan saraf maka pengobatan harus dilakukan dengan modifikasi gerakan tubuh, pemberian neurotropik, dan mungkin pada kasus yang berat dipertimbangkan uuntuk operasi.

Perlu diingat, bila kesemutan akibat penyakit stroke maka pengobatan harus segera dilakukan, misal pada stroke akibat sumbatan maka pasien harus diberikan obat pengencer darah maupun pengaturan faktor risiko strokenya seperti hipertensi dan kholesterol.

sumber : http://www.indosiar.com/ragam/79902/hati-hati-jika-alami-kesemutan

Oleh: dr. Yahya Wardoyo, SKM

KESEMUTAN “semuten”, “gringgingen”, “parestesia”.
Barangkali bersama “gatal” kesemuten termasuk gejala yang paling sering dialami kita semua dan juga yang menjengkelkan. Tampaknya “kecil” dan “tak berarti” tapi kalau kita terkena, sangat mengganggu. Semua orang tak ada yang terluput dari keduanya.

Bedanya, pada gatal rangsang datang ‘dari luar’ entah itu hasil racun sengatan nyamuk, atau bulu ulat, atau bulu gatal, sedangkan kesemutan sebenarnya tak ada rangsang dari luar. Seharusnya saraf tak perlu merasakannya, tapi entah bagaimana, terasa begitu saja.

Bagaimana terjadinya kesemutan?
Saya hendak memakai bahasa orang awam untuk memudahkan pengertian. Kesemutan adalah hasil pemindaian saraf perasa yang berada di perbatasan perasaan suhu (dingin, panas) dan sakit tanpa ada rangsang yang sesuai.

Mengapa bisa begitu?
Pertama itu terjadi jika ujung-ujung saraf terlalu peka sehingga yang bukan rangsang pun ditengarai sebagai rangsang, tapi karena sebenarnya tak ada, maka saraf secara ngawur menilainya campuran suhu dengan sakit, sebab kedua jenis rangsang ini merupakan rangsang pertahanan tubuh. Rupanya saraf sedang berusaha ‘mempertahankan diri’ sehingga ia ekstra peka, kalau-kalau memang tubuh sedang mengalami bahaya.

Kapan ia menjadi terlalu sensitif?
- ketika aliran darah yang menjadi sumber makanan saraf di ujung saraf perasa (umumnya di ujung tangan dan kaki) berkurang, sehingga saraf merasa ‘kelaparan’. Secara ngawur ia ‘menumbuhkan perhatian’ agar kekurangan itu segera bisa dipenuhi lagi. Maka kesemutan terjadi jika tangan atau kaki kita dijepit, ditekan, dilipat (ditekuk) melebihi batas normal cukup lama sehingga aliran darah terganggu. Mengatasinya tentu saja dengan melepaskan jepitan, mengurut, menggerak-gerakkan anggota yang terkena.

- Jika Anda menderita anemia (kurang darah) sudah agak lama, kekurangan makan di ujung juga menimbulkan sensasi kesemutan; dalam hal ini mengatasinya ya upaya 'nambah darah' (bisa transfusi, langsung), tapi juga bisa berangsur dengan gizi khusus serta obat/vitamin khusus penambah darah.

- Jika kelainannya ada pada jantung atau pembuluh darah sehingga aliran ke ujung terhambat maka saluran darah harus dibersihkan, kerja jantung diperbaiki; konsultasikan ke dokter, mintalah diperiksa kadar kolesterol kalau-kalau terlanjur ada sumbatan pembuluh darah akibat 'plak' dari kolesterol, mintalah pemeriksaan kondisi jantung kalau-kalau ada kelemahan, kebocoran. Jika ada hubungan pendek (korslet) antarserabut saraf sehingga saraf perasa yang sedang tak ada rangsang mendapat bocoran rangsang saraf lain yang kebetulan satu jalur. Seharusnya bungkus saraf (isolator) mencegah kebocoran rangsang, tapi bisa jadi kondisi isolator saraf sudah kurang baik.

- pada rematik, kondisi serabut saraf termasuk bungkus saraf (isolator) mengalami kerusakan, karena sistem pertahanan badan yang secara ngawur menyerang badan sendiri sehingga timbul gejala rematik itu. Kalau begini ya tentunya atasi rematik itu, mintalah kepada dokter agar ia mengelola rematik Anda, serta tanyakan apa yang bisa Anda buat untuk mengelola rematik tersebut.

- Ketika tubuh kekurangan vitamin kelompok B, terutama B-1. Saat ini kita makan nasi yang serbaputih bersih, padahal sumber terbesar vitamin B-1 adalah ‘bekatul’ yang pada proses ‘slijp’ beras dibuat maksimal sehingga bekatul sama sekali hilang dan beras jadi putih bersih. Mengatasinya tentu saja dengan pemberian ekstra vitamin B terutama B-1; biasanya kekurangan vitamin B-1 disertai kekurangan B-6 dan B-12 sekaligus, maka banyak vitamin gabungan semcam ini, yang dikenal dengan nama ‘vitamin saraf’.

Yang lebih alami adalah jika kita kembali mengonsumsi bekatul itu: setiap Anda menanak nasi, masukkan satu-dua sendok bekatul, sehingga nasi Anda jadi kembali mengandung bekatul. Atau, ambil satu-dua sendok bekatul, seduh dengan air mendidih, campurkan cokelat atau perasa lain, minum sebagai minuman lezat.

- Ketika tubuh kekurangan beberapa mineral yang esensial untuk saraf, utamanya kalsium. Kalsium diperlukan antara lain agar isolator saraf tetap bagus; kekurangan akan menimbulkan gejala bocornya isolator, antara lain terasa sebagai kesemutan. Beberapa mineral lain seperti magnesium, zink, selenium dan beberapa mineral kecil sering juga berpengaruh. Maka mengatasinya selain dengan memberikan ekstra asupan kalsium juga upaya mencegah kekurangan kalsium. Dewasa ini banyak vitamin yang sudah terkombinasi dengan mineral-mineral esensial. Juga banyak preparat kalsium yang bagus-bagus.

Minum susu yang dikatakan tinggi kalsium harus diwaspadai, sebab bisa-bisa malah tubuh kekurangan kalsium karenanya. (lihat uraian tentang hal ini!). Lebih baik kalsium dari tablet, atau sumber nabati seperti sayur berwarna hijau tua serta rumput laut.

Jika memang ada ekstra tekanan di sepanjang jalur saraf dari tepi sampai ke pusat, atau malah di pusat.
- Yang paling serius adalah keberadaan tumor yang menekan jalur saraf atau pusat.
Dalam hal ini perlu penanganan serius.
- Jika ada tekanan dari perangkat-perangkat yang kebetulan satu jalan, seperti bungkus otot, terutama yang di dekat-dekat ujung, misalnya pergelangan tangan; ini juga harus ditangani dokter secara khusus walau tidak segawat tumor.

Jika ada ekstra rangsang berupa ‘kesan’ psikologis, yang rangsangnya ‘bocor’ ke saraf perasa.
- Ini terjadi pada kondisi kejiwaan, baik berupa depresi, stres (tertekan) maupun eksitasi (kelewat girang, kelewat aktif). Biasanya diatasi melalu program meditasi, selain juga pengelolaan kejiwaan yang khusus.

sumber :
http://www.buahaticerdas.com/index.php?option=com_content&view=article&id=208:tip-sehat-kesemutan-berdampak-sistemik&catid=55:tip-sehat-dan-cantik-untuk-mama&Itemid=85

Tidak ada komentar:

Posting Komentar